KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan
Ida Sang Hyang Wudhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Asung Kerta Nugraha
Beliau, penulis dapat menyelesaikan analisis ini yang berjudul ”analisis karya
sastra cepen Mayah Sangi ”.
Penyelesaian tugas ini tidak lepas dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pambimbing mata kuliah Sosiologi
Sastra dan teman- teman jurusan Bahasa
Bali serta pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
partisipasinya sehingga dapat menyelesaikan analisis ini tepat waktunya.
Penulis menyadari bahwa analisis yang
penulis buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dengan maksud dapat lebih
menyempurnakan tugas analisis yang penulis buat. Harapan penulis, semoga
makalah ini banyak memberi manfaat bagi para pembaca, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Om Santih, Santih, Santih Om
Singaraja, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI
.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah
.................................................................................... 2
1.3
Tujuan ..................................................................................................... 2
1.4
Manfaat .................................................................................................. 2
1.5
Landasan teori .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN STRUKTUR CERPEN
MAYAH SANGI
2.1
Sinopsis........................................................................................................... 5
2.2
Insiden .......................................................................................................... 7
2.3
Alur/plot ....................................................................................................... 12
2.4
Tokoh dan Penokohan .................................................................................. 14
2.5
Latar .............................................................................................................. 19
2.6
Tema ............................................................................................................. 22
2.7
Amanat ......................................................................................................... 24
BAB III ANALISIS SOSIOLOGI CERPEN MAYAH
SANGI .................................. 28
3.1
Aspek Agama ................................................................................................ 28
3.2
Aspek Etika .................................................................................................... 29
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1
Simpulan ....................................................................................................... 30
4.2
Saran ............................................................................................................. 31
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengertian kesusastraan
Bali dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara Fungsional dan secara
structural. Secara fungsional maksudnya karya-karya sastra jawa kuno yang yang difungsikan
sebagai milik masyarakat Bali adalah termasuk kegiatan kedalam kegiatan
kesusastraan Bali.
Bali dikenal dengan
segala aspek kebudayaan tradisional seperti seni tari, seni pahat, seni tabuh
dan yang tidak kalah menariknya adalah seni sastra yang sampai saat ini masih
hidup dalam masyarakat dan tetap dipelihara sejak kurun zaman yang lama. Masa
perkembangan seni sastra di Bali merupakan kelanjutan tradisi sastra jawa kuno
yang berkembang cukup pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya muncul
hasil karya sastra pada masa jayanya kerajaan Gelgel di Klungkung Bali. Karya
sastra tersebut berupa kekawin geguritan, tutur dan yang lainnya yang sampai
sekarang tetap sebagai khasanah sastra Bali khususnya dan Jawa Kuno pada
umumnya. Karya sastra itu ditulis diatas daun rontal yang sampai sekarang masih
dipelihara dan dipelajari oleh masyarakat dan para pelajar pada khususnya.
Upaya pelestarian
warisan budaya tersebut diatas tidak
dapt terlepas dari penggalian sumber-sumber kebudayaan daerah yang tersebar
diseluruh pelosok tanah air. Kebudayaan daerah merupakan sumber potensial bagi
terwujudnya kebudayaan nasional yang memberikan corak karakteristik kepribadian
bangsa.
Salah satu sumber
imformasi kebudayaan daerah yang sangat penting artinya ialah naskah-naskah
kuna. Nasklah kuna ini merupakan arsip kebudayaan yang merekam berbagai data
dan informasi tentang kesejarahan dan kebudayaan daerah yang bersangkutan.
Sebagai sumber
informasi kesejahtraan, naskah memuat berbagai nilai, filsafat dan kronologi
perkembangan masyarakat, sehingga dapat memberikan bahan rekontruksi untuk
memahami situasi dan kondisi yang ada pada masa kini dengan meninjau akar
peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
1.2
Masalah
Berdasarkan urain latar
belakang rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Bagaimana
struktur cerpen Mayah Sangi ?
2. Aspek-aspek apa
yang terkandung didalamnya ?
1.3 tujuan
Tujuan menganalisis cerpen ini adalah :
a. Agar
dapat menegetahui bagaimana cerita dari cerpen tersebut
b. Mengetahui
struktur cerpen Mayah Sangi tersebut
c. Mengetahui
aspek-aspek yang terkandung
1.4 Manfaat
Dengan
menganalisis cerpen tersebut kita dapat belajar lebih banyak bagaimana cara
menganalisis suatu karya sastra, salah satunya menganalisis cerpen.
1.5 Landasan teori
Sastra merupakan pencerminan
masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema
kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima
pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap
masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra
yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota
masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari
adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus
membentuknya. Wellek dan Warren (1976) membahas hubungan sastra dan masyarakat
sebagai berikut:
Literature is a social institution,
using as its medium language, a social creation. They are conventions and norm
which could have arisen only in society. But, furthermore, literature
‘represent’ ‘life’; and ‘life’ is, in large measure, a social reality,
eventhough the natural world and the inner or subjective world of the
individual have also been objects of literary ‘imitation’. The poet himself is
a member of society, possesed of a specific social status; he recieves some
degree of social recognition and reward; he addresses an audience, however
hypothetical. (1976:94).
Senada dengan pernyataan diatas, Damono (2003:1)
mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu
sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup
hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia,
dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun
juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering
menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan
peristiwa sosial tertentu.
Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi
kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks
untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam
lagi gejala sosial yang di luar sastra (Damono, 2003:3).
Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial
manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari
tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana
ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah
ekonomi, agama, politik dan lain-lain — yang kesemuanya itu merupakan struktur
sosial— kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang
menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.
Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama.
Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat
sebagai usaha manusia untuk menyesuakan diri dan usahanya untuk mengubah
masyarakat itu. Dengan demikian, novel dapat dianggap sebagai usaha untuk
menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga,
lingkungan, politik, negara, ekonomi, dan sebagainya yang juga menjadi urusan
sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang
bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi,
pemahaman kita tentang sastra belum lengkap.
Pradopo (1993:34) menyatakan bahwa tujuan studi sosiologis
dalam kesusastraan adalah untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai hubungan
antara pengarang, karya sastra, dan masyarakat.
Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan
saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan
landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan
tersebut beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi
struktur sosial hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam
hal itu tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh
khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan
asal usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi
itu harus diubah menjadi hal-hal yang bersifat sosial.
BAB II
TINJAUAN STRUKTUR CERPEN MAYAH
SANGI
2.1
SINOPSIS
Made Loka adalah seorang anak pengangguran, tiap
hari kerjaannya glantungan. Sekarang dia
mendapat kesempatan merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pegawai negeri.
Yang sekarang sudah diangkat menjadi seorang guru di Karawista. Syukur dia
tidak menggunakan uang sepeserpun untuk
kelulusannya karena dia memang anak yang pintar dan bisa mendahului pelamar
yang lainnya. Made Loka ditugaskan di sebuah Sekolah Tingkat Pertama, dia
mengajar hanya setengah hari.
Selama dia menjadi seorang guru, kehidupannya
berubah yang tidak lagi susah payah mencari uang. Setiap tanggal muda datang
dia sangat semangat karena berkat itu dia bisa mengkredit sepeda motor yang
baru, membeli kamera, dan juga baju-baju yang baru. Sekarang sudah ada yang
namanya sertifikasi guru, yang pasti Made Loka akan ikut karena kelihatan untuk
kelanjutan hidup akan semakin makmur dan yang pastinya gaji semakin banyak. Tidak
heran wanita-wanita disekitarnya menyukainya ingin menjadi pacarnya ataupun
juga menjadi istrinya. Tapi Made Loka tahu kalau wanita jaman sekarang kebanyak
matre, melahat orang dari segi kekayaan.
Suatu hari Made Loka termenung sendiri. Memikirkan kehidupannya
sekarang yang sudah berubah, dan dia berkeinginan untuk menebus kembali tanah
milik ayahnya yang sudah lama digadaikan oleh ayahnya, dan dia juga berniat
memiliki tanah hasilnya sendiri. Namun ibunya datang menanyakan apa yang sedang
dipikirkannya. Made Loka mengatakan semua yang dia rencanakannya kepada ibunya,
tapi ibunya malah menasehati agar dia tidak membeli tanah dulu melainkan agar
menebus ucapan yang pernah ia katakana sebelum lulus PNS, karena menurut ibunya
itu merupakan hutang yang harus dibayar.
Made Loka membantah nasehat ibunya dan mengatakan
kalau kepandaiannyalah yang membuat dia lulus dalam CPNS bukan ucapan sanginya
itu juga karena nasibnya saja yang bagus. Ibunya heran dengan tingkah anaknya,
padahal hanya bermaksud mengingatkan kalau hutang sesangi kepada orang maya itu
harus dibayar dan tidak bisa ditarik kembali. Namun Made Loka malah pergi ke
bank dengan membawa SK pengangkatannya untuk dicarikan uang demi keinginannya
memiliki sepetak tanah.
Made Loka memelihara tanah miliknya sendiri, sudah 3
tahun tanah itu dipeliharanya namun tak sekali pun tanah itu dapat
menghasilkan, apapun yang ditanamnya selalu mati, sekarang tanahnya kosong
tanpa ada tanaman yang tumbuh diatasnya. Setiap hari Made Loka hanya termenung
dengan masalah yang menimpanya, dia jarang mengajar sampai dimarah oleh kepala
sekolahnya karena jarang mengajar muridnya. Sejak itu Made Loka menyesel dan
ingat pada nasehat ibunya yang harus membayar sangi yang sudah dia ucapkan,
mungkin sangi itu yang membuat kegagalan dalam hidupnya selama ini.
Kemudian Made Loka pergi ke Buleleng mencari dan
menyewa joged, untuk membayar sanginya itu dengan mementaskan joged telung
barung. Berita tentang pementasan joged tersebut sudah tersebar di masyarakat,
ibunya cukup heran dengan sangi anaknya dengan pementasan joged telung barung
yang penarinya sangat banyak. Masyarakat sudah menanti tepatnya diadakannya
joged itu, para penari pria sudah gatal tangannya ingin menari bersama dengan
para joged (penari cewek). Suara gambelan yang mengiringi tarian joged menggema
dan menarik perhatian warga, yang ingin mengetahui bagaimana yang dimaksud
joged telung barung tersebut. Penari pertama keluar, penari itu sangat molek.
Lama kelamaan penari itu makin centil, bukan tarian yang ditarikan melainkan
lenggak-lenggok dan goyangan yang membuat para pria tertarik dengannya. Para
ibu bersorak karena malu melihatnya dan mengajak anak-anaknya pergi dari tempat
itu, tarian joged itu makin memanas sampai sang penari berani membuka pakaian
penari pria.
Ibu Made Loka bertanya kepada anaknya karena joged
yang dipentaskan sungguh memalukan, ternyata sangi joged yang dipentaskan
anaknya adalah joged buang (joged yang membuat para pria terpesona dengan
penari)
2.2
INSIDEN
Insiden merupakan kejadian yang menyebabkan perubahan
sistem keamanan dari perusahaan atau perubahan kebijakan ke arah yang
merugikan. Insiden juga dapat dipahami sebagai kejadian yang tidak biasa bagi
perusahaan, yang tidak dapat dijelaskan sebagai konsekuensi operasi perusahaan
pada kondisi normal. Secara umum, insiden adalah kejadian yang menyebabkan
kecelakaan, luka, kehilangan, kerugian finansial bagi para pekerja, pengunjung,
pelajar, sukarelawan, dan lain sebagainya.
Insiden petama
dalam cerita Mayah Sangi yaitu dalam keberhasilannya Made Loka menjadi PNS,
banyak wanita yang ingin menjadi pacarnya apalagi mau menjadi istrinya
sekalipun namun Made Loka sudah mengerti maksud wanita-wanita itu hanya ingin
mencari kekayaan saja. Seperti dalam kutipan berikut :
Buina
jani sube ade sertifikasi guru sinah buin pidan I loka lakar bareng ngmiluin
apang idupne nyumingkin makmur wireh ngaliunan nampi gaji. Ento mase ngranang
bajang-bajange mekejang dot magegelan buina yen nyak makurenan ngajak Made
Loka. Nanging Made Loka sube tangkar ken bajang-bajange jani liunan matre.
Ninggalin anak uli kasugihanne dogen.
Terjemahan :
Apalagi sekarang sudah ada sertifikasi guru
terlihat nantinya Made Loka akan mengikutinya supaya kehidupannya semakin
makmur karena mendapat gaji banyak. Itu juga yang membuat para wanita semua
ingin berpacaran apalagi jika mau menjadi istrinya Made Loka. Tapi Made Loka
sudah tanggap dan mengerti maksud wanita jaman sekarang lebih banyak matre.
Melihat orang dari segi kekayaan saja.
Dari kutipan diatas tampak jelas kalau para wanita
menyukai Made Loka setelah Made Loka berhasil menjadi seorang PNS dan mendapat
gaji yang lebih banyak, sehingga dia mengerti maksud dari wanita jaman
sekarang.
Insiden yang selanjutnya adalah Made Loka yang
mempunyai keinginan besar untuk membeli tanah sendiri namun dinasehati oleh
ibunya.
Beh adeng-adeng malu de, eda jeg
setata tuutine kenehe. Made nagih ngandong bulan adane ento. Dong pineh-pinehin
malu, made nyidayang sukses buke kene nak boya ja sangkaning kaduegan madene
dogen, nanging ingetang mase mayah sangin madene. Kaden pidan made maan mesangi
yaning nuju lulus tes CPNS, ento patutne malu bayah, gumi dadi dorinan meli.
Terjemahana
:
Beh pelan-pelan dulu de, jangan
terlalu menuruti keinginan. Made mau menggendong bulan namanya itu. Coba
dipikir-pikir dulu, made bisa sukses seperti ini bukan dari kepintaran made
saja, tapi ingat juga membayar sangi /janjinya made.dulu made pernah berjanji
jika bisa lulus dalam tes CPNS, itulah yang seharusnya dibayar terlebih dahulu,
tanah bisa dibeli belakangan.
Kutipan diatas terlihat bahwa ibu dari Made Loka itu
menasehati dan mengingatkannya agar Made Loka tidak membeli tanah/harta dulu,
sebab Made Loka masih memiliki hutang dari dirinya sendiri.
Insiden yang selanjutnya terjadi karena Made Loka
tidak setuju dengan nasehat ibunya. Seperti pada kutipan berikut :L
“tiang dadi guru buka kene jani
boya ja ulian sesangi me, nagging ulian kaduegan tiange nyawab soal-soal tese
mimbuh nasibe ja mula lung. Dadine tiang tusing perlu tuyuh mayah sangi.
Luungan anggo mayah cicilan motore di dealer” (Made Loka)
Terjemahan:
“Saya bisa jadi guru seperti ini
bukan karena janji itu bu, tapi karna kepintaran saya menjawab soal-soal tesnya
dan juga memang nasib saya yang bagus. Jadinya saya tidak perlu payah untuk
mwmbayar janji itu. Lebih baik untuk
membayar cicilan motor di dealer”
Dari kutipan diatas terlihat konflikasi dari seorang
anak terhadap ibunya, Made Loka yang tidak mau menghiraukan janji yang sudah
dikeluarkannya dulu, karena menganggap bukan janji itu yang membuat dia bisa
jadi seperti sekarang.
Kutipan selanjutnya dirasakan oleh Made Loka, apa
yang ditanamnya tidak ada yang berhasil. Seperti pada kutipan berikut :
Lacur. Telung tiban Made Loka
ngarap gumi, tusing taen mupu. Pamula-mulaane mekejang ngresgesang. Ape ane
pulane tusing taen mesuang asil, setate mati. Taen mula jagung, telah amah
uled. Taen mula sele, onya amah tumisi, taen nanem ubi, telah rusuhine teken
jero ketute. Ulian keto tegalne Made Loka jani galang nguntang tusing misi entik-entikan.
Terjemahan
:
Miskin. Tiga tahun Made Loka
memelihara tanahnya, tidak ada hasil. Tanam-tanamannya semua layu. Apa yang
ditanamnya tidak pernah mengeluarkan hasil, selalu mati. Pernah menanam jagung,
habis dimakan ulat. Pernah menanam singkong, semua dimakan landak, pernah
menanam ubi, habis dirusuhi tikus. Karena seperti itu, kebunnya bersih tanpa
tanaman ada tanaman yang tumbuh.
Dari kutipan diatas kelihatan bahwa apa yang ditanam
Made Loka tidak pernah mendapatkan hasil karena gangguan dari binatang-binatang
sekitarnya.
Insiden lanjutnya terjadi karena keeogoan Made Loka
sendiri. Seperti kutipan berikut :
Sekat ento Made Loka kapah-kapah
masuk. Taen opaka teken kepala sekolahne wireh Made Loka jarang ngajahin
murid-muridne. Made Loka jani dadi reraosan disekolah lan di banjarane.
Terjemahan
:
Dari saat itulah Made Loka jarang
kesekolah. Pernah dimarah oleh kepala sekolahnya karena Made Loka yang jarang
mengajar murid-muridnya. Made Loka sekarang menjadi bahan pembicaraan disekolah
maupun di masyarakat sekitarnya.
Dalam kutipan ini jelas diterangkan bahwa atas
kelalaian Made Loka kemudian dimarah/ditegur olah atasannya sampai akhirnya
menjadi bahan pembicaraan warga.
Insiden terakhir terjadi saat Made Loka menyewa
joged dari singaraja, yang diadakan dihalaman rumahnya. Seperti dalam kutipan:
Nanging mekelo-kelo jogede tusing
katingalin dueg ngigel, nanging dueg katejang-katejing dogen. Dueg nyincingan kemben lantas bani
ngemaluinin nyelegang pangibine. Anake luh-luh ne mebalih lantas masuryak lek
ningalin igelan jogede keto. Lantas saka besik megedi maid panakne ane nu
cerik-cerik. Jogede ngansan panes ngigel sada bani ngelesang panganggo
pangibinge.
Terjemahan
:
Namun lama-kelamaan joged/penari
tidak terlihat pintar menari tapi hanya pintar egal-egol saja. Pintar menaikkan
kamben sampai berani mendahului penari pria. Penonton yang wanita bersorak
karena malu melihat tarian yang makin konyol itu. Kemudian satu persatu pergi
membawa anaknya yang masik kecil. Tarian joged semakin memanas sampai berani
melepas pakaian penari pria.
Dalam kutipan diatas tampak jelas kalau joged yang
di sewa Made Loka kurang baik, karena mengundang seks para pria, tidak baik
untuk anak-anak kecil.
Dari insiden yang terdapat dalam cerpen mayah sangi
ini terlihat berjalan kurang baek, karena pada akhirnya insiden itu tidak baik
untuk masyarakat umum, yang dapat merusak moral orang lain.
2.3
ALUR
(PLOT)
Sebuah
cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita
ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan
tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu,
urutan kejadian,atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa,
baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu
kesatuanyang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.Lebih lanjut Stanton
mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang
disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Plot ialah
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan
sebab-akibat. Plot itu memiliki berbagai macam
variasi, variasi ini dimaksudkan agar suatu nove atau cerita itu menjadi seru
dan tidak menjemukan. Plot itu dibedakan menjadi :
-
Berdasarkan kriteria Waktu
Berdasarkan kriteria waktu maksudnya adalah plot yang
didasarkan pada keadaan waktu si tokoh itu sendiri apakah menceritakan tentang
masa sekarang si tokoh ataukan masa lalunya atau mungkin dua duanya. Nah Plot
berdasarkan kriteria waktu itu dibagi menjadi 3 :
Plot Maju : Pada Plot maju sang jalan cerita itu menyoroti
Kehidupan sang tokoh pada jaman sekarang, dan peristiwa peristiwa yang terjadi
itu dialami sang tokoh seiring cerita berjalan. Misal si C ketemu K, mereka
bermusuhan lalu memutuskan untuk saling serang, mereka sewa pengacara dan
menyelesaikan masalah mereka di meja hijau. Nah kalau di cerita tadi ceritanya
itu bersifat progresif, jadi itu ceritanya terus berjalan ke arah depan/maju
menuju masa depan.
Plot Mundur : Kalau Plot maju
menceritakan tentang masa sekarang tokoh, plot mundur itu menceritakan tentang
masa lalu si tokoh. Biasanya hal ini terjadi di dalam cerita kalau sang tokoh
mengingat kehidupan masa lalunya. Di atheis walau digolongkan memakai plot
campuran tapi ada beberapa bagian yang menggunakan plot mundur, hal ini terjadi
karena plot mundur merupakan salah satu penyusun dari plot campuran.
Plot Campuran : Plot campuran itu
terdiri dari plot maju dan plot mundur artinya ceritanya itu menyoroti masa
lalu sekarang sang tokoh sekaligus masa lalu sang tokoh.
-
Berdasarkan Kriteria Jumlah
Dalam suatu karya sastra terkadang lebih dari satu plot.
Plot tersebut biasanya terbagi atas plot utama dan sub plot.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi
yang dihubungkan secara sebab-akibat.
Setelah mengetahui pengertian dari alur
yang digunakan alur/plot campuran karena dalam critanya tersebut mengisahkan
keadaan yang sekarang dan sekaligus menceritan kembali keadaan yang terdahulu.
Seperti pada kutipan berikut :
Beh adeng-adeng malu de, eda jeg
setata tuutine kenehe. Made nagih ngandong bulan adane ento. Dong pineh-pinehin
malu, made nyidayang sukses buke kene nak boya ja sangkaning kaduegan madene
dogen, nanging ingetang mase mayah sangin madene. Kaden pidan made maan mesangi
yaning nuju lulus tes CPNS, ento patutne malu bayah, gumi dadi dorinan meli.
Terjemahana
:
Beh pelan-pelan dulu de, jangan
terlalu menuruti keinginan. Made mau menggendong bulan namanya itu. Coba
dipikir-pikir dulu, made bisa sukses seperti ini bukan dari kepintaran made
saja, tapi ingat juga membayar sangi /janjinya made.dulu made pernah berjanji
jika bisa lulus dalam tes CPNS, itulah yang seharusnya dibayar terlebih dahulu,
tanah bisa dibeli belakangan.
Dalam kutipan diatas menceritakan
alur maju dan alur mundur, sebab selain menceritakan keadaan secara lurus namun
ada cerita yang menyangkut tentang masa lalu, tentang Made Loka yang membuat
janji saat sebelum menjadi PNS.
2.4
TOKOH
DAN PENOKOHAN
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek
sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan
perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk
pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan
dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada
tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa
tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan
dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
Tokoh utama yang diceritakan dalam cerpen
tersebut adalah Made Loka, ini terbukti karena dari awal cerita sampai akhir
cerita, hanya menceritakan kisah Made Loka. Adapun yang termasuk tokoh sekunder
yaitu Men Jepun ibunya Made Loka, ibunya dalam cerita ini bersifat membantu.
Dan ada juga yang termasuk tokoh komplementer merupakan tokoh yang hanya
disebutkan namanya saja, seperti dalam cerita yaitu masyarakat sekitarnya,
kepala sekolah, para remaja, para penabuh, penari joged.
Analisis tokoh dan penokohan akan
diceritakan dari Made Loka belum membayar sangi atau janji yang diucapkannya
sampai dia membayar semua itu.
Penokohan yang pertama sebagai tokoh
utama yaitu cerita Made Loka yang berhasil menjadi pegawai negeri. Seperti pada
kutipan berikut
Made Loka jani sube
dadi PNS. Suud dadi pengangguran kangin kauh. Mirib luung tulis gidatne,
nasibne setata mujung, ia maan galah ngecapin dadi pegawai negeri, ia jani sube
maangkat dadi guru di Karawista. Aget mase ia tusing nganggo pipis apeser
pengek anggone nombok pengedene. Ia mula jleme dueg sangkana bisa lulus tes.
Terjemahan
:
Made Loka sekarang
sudah menjadi PNS. Bukan pengangguran lagi yang kerjaannya ketimur kebarat.
Seperti bagus tulisan dahinya (menurut orang bali), nasibnya selalu baek, ia
mendapat kesempatan untuk merasakan menjadi pegawai negeri, sekarang dia
diangkat menjadi guru di Karawista. Syukur dia tidak menggunakan uang sepeser
pun untuk menyogok para pejabat. Dia memang anak pintar sehingga bisa lulus dalam
tes terebut.
Dalam kutipan diatas terlihat bahawa
Made Loka lulus bukan karena menyogok para pejabat, melainkan karena hasilnya
sendiri.
Tokoh madeloka yang selanjutnya yaitu
bersifat keras dan membantah nasehat orang tua, seperti berikut :
“tiang dadi guru buka kene jani
boya ja ulian sesangi me, nagging ulian kaduegan tiange nyawab soal-soal tese
mimbuh nasibe ja mula lung. Dadine tiang tusing perlu tuyuh mayah sangi.
Luungan anggo mayah cicilan motore di dealer” (Made Loka)
Terjemahan:
“Saya bisa jadi guru seperti ini
bukan karena janji itu bu, tapi karna kepintaran saya menjawab soal-soal tesnya
dan juga memang nasib saya yang bagus. Jadinya saya tidak perlu payah untuk
mwmbayar janji itu. Lebih baik untuk
membayar cicilan motor di dealer”
Disini terlihat watak dari Made Loka yang keras dan
ingin mengikuti keinginannya sendiri, tidak mau mengikuti apa nasehat ibunya.
Tokoh yang selanjutnya yang dipaparkan
adalah tokoh sekunder yaitu Men Jepun ibunya Made Loka, yang bersifat bijaksana
mau menasehati anaknya. Seperti pada kutipan dibawah ini :
Beh adeng-adeng malu de, eda jeg
setata tuutine kenehe. Made nagih ngandong bulan adane ento. Dong pineh-pinehin
malu, made nyidayang sukses buke kene nak boya ja sangkaning kaduegan madene
dogen, nanging ingetang mase mayah sangin madene. Kaden pidan made maan mesangi
yaning nuju lulus tes CPNS, ento patutne malu bayah, gumi dadi dorinan meli.
Terjemahana
:
Beh pelan-pelan dulu de, jangan
terlalu menuruti keinginan. Made mau menggendong bulan namanya itu. Coba
dipikir-pikir dulu, made bisa sukses seperti ini bukan dari kepintaran made
saja, tapi ingat juga membayar sangi /janjinya made.dulu made pernah berjanji
jika bisa lulus dalam tes CPNS, itulah yang seharusnya dibayar terlebih dahulu,
tanah bisa dibeli belakangan.
Disini terlihat kalau watak dari seorang
ibuk yang bijaksana dengan sabar menasehati anaknya agar tidak terlalu
mengikuti keinginan ingin memiliki barang atau tanah, karena masih ada yang
paling penting.
Selanjutnya tokoh yang dipaparkan adalah
menceritakan tokoh utama dan
komplementer dimana banyak wanita yang menyukai Made Loka, seperti pada
kutipan.
Ento
mase ngranang bajang-bajange mekejang dot magegelan buina yen nyak makurenan
ngajak Made Loka. Nanging Made Loka sube tangkar ken bajang-bajange jani liunan
matre. Ninggalin anak uli kasugihanne dogen.
Terjemahan :
Itu juga yang membuat para wanita
semua ingin berpacaran apalagi jika mau menjadi istrinya Made Loka. Tapi Made
Loka sudah tanggap dan mengerti maksud wanita jaman sekarang lebih banyak
matre. Melihat orang dari segi kekayaan saja.
Dalam kutipan diatas dikatakan banyak wanita yang
menyukainya namun Made Loka yang terlalu angkuh mengira bahwa wanita yang jaman
sekarang adalah cewek matre.
Tokoh komplementer yang selanjutnya dipaparkan yaitu
tukang tabuh dan masyarakat sekitar. Seperti dibawah ini :
Gamelan jogede mamunyi renyah
nyibakang peteng. Munyi gambelanne macihne pesan nyiriang tetabuhan joged
buleleng. Umahne Made Loka ramie pesan. Cerik kelih tua bajang teka mabalih maekin
wantilan jogede. Duga madongsok-dongsokan, mapetpet, maseksek di sisin
kalangane apang tawang ane kenken madan joged telung barung.
Terjemahan
:
Gamelan joged bersuara nyaring
menguasai malam. Suara gambelan sangat mencirikan gamelan asli buleleng. Rumahnya
Made Loka sangat ramai. anak kecil besar tua muda datang menonton mendekati
wantilan penari. Sanggup dorong-dorongan, merapat, berdesakan di pinggir
halaman agar tahu bagaimana yang di maksud joged telung barung (joged 3
perkumpulan/sekeha).
Disini dapat dilihat, para penabuh yang semangat
menabuh, dan para masyarakat yang memiliki rasa ingin tahu akan apa yang belum
pernah dilihatnya.
Penokohan yang terakhir yaitu tokoh
komplementer para penari yang tidak tahu
malu menarikan tarian tidak bermoral dan para penonton wanita malu melihatnya.
Seperti dibawah ini :
Nanging mekelo-kelo jogede tusing
katingalin dueg ngigel, nanging dueg katejang-katejing dogen. Dueg nyincingan kemben lantas bani
ngemaluinin nyelegang pangibine. Anake luh-luh ne mebalih lantas masuryak lek
ningalin igelan jogede keto. Lantas saka besik megedi maid panakne ane nu
cerik-cerik. Jogede ngansan panes ngigel sada bani ngelesang panganggo
pangibinge.
Terjemahan
:
Namun lama-kelamaan joged/penari
tidak terlihat pintar menari tapi hanya pintar egal-egol saja. Pintar menaikkan
kamben sampai berani mendahului penari pria. Penonton yang wanita bersorak
karena malu melihat tarian yang makin konyol itu. Kemudian satu persatu pergi
membawa anaknya yang masik kecil. Tarian joged semakin memanas sampai berani
melepas pakaian penari pria.
Dari kutipan di atas terlihat para penari yang
menarikan adegan panas sehingga para ibu-ibu marah menontonnya dan pergi
mengajak anak-anak mereka karena merasa anaknya masih kecil untuk menonton
tarian seperti itu.
Demikianlah penokohan dalam cerper mayah sangi yang
mana tokoh utama, sekunder dan komplementer saling membantu demi berjalannya
suatu cerita dengan baik.
2.5
LATAR
(SETTING)
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah
peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa
orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu.
Menurut
Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dantempat beserta lingkungannya
dalam prosa fiksi.
Menurut
Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar
Tempat
Latar tempat
mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu serta inisial tertentu.
b.
Latar Waktu
Latar waktu
berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa- peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” tersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu
c.
Latar Sosial
Latar sosial
mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di
suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Dalam cerita ini diawali dengan
menampilkan latar tempat. Dimana keinginan Made Loka mencari tempat yang akan
digunakan untuk aktivitas suatu saat. Seperti kutipan berikut :
Pang mani puan yen sube
pension ade anggon tongos meseliahan kangin kauh di tengah tegale.
Terjemahan
:
Supaya suatu saat jika
sudah pension ada tempat untuk beraktivitas di tengah Kebun.
Diatas terlihat jelas kalau Made Loka
membeli tempat untuk aktivitasnya akan datang.
Selanjutnya latar yang terdapat yaitu latar waktu, dimana menceritakan
waktu yang terdahulu. Seperti berikut :
Kaden pidan made maan mesangi
yaning nuju lulus tes CPNS, ento patutne malu bayah, gumi dadi dorinan meli.
Terjemahan :
Kan dulu made pernah berjani kalu
lulus tes CPNS, itu seharusnya bayar terlebih dahulu, tanah bisa belakangan.
Dalam wacana diatas terlihat ibu dari Made Loka
mengatakan kalau waktu dulu pernah berjanji, kata “dulu” yang membuktikan
adanya latar waktu.
Latar yang selanjutnya terlihat yaitu latar sosial
dimana ada keyakinan muncul dari benak Made Loka untuk membayar janji yang
pernah diucapkannya. Seperti wacana berikut :
Ngalih joged me. Anggo mayah sangi.
Jani mara tiang maselselan tusing rungu teken tutur meme apang inget mayah
sesangi. Jani tiang lakar mayah munyine ane simalu lakar ngupah joged telung
barung yening lulus tes PNS. Apang tusing buin nandang kasengsaran. Minabang
ulian tiang lali mayah sangi, tiang mangkin setata tengi nyalanang hidup.
Terjemahan
:
Mencari joged bu, untuk bayar
sangi/janji. Sekarang saya menyesal sudah tidah mendengarkan nasehat ibu
mengingatkan membayar sangi/janji. Sekarang saya akan membayar perkataan saya
yang dulu akan menyewa joged telung barung jika lulus dalam tes PNS. Supaya
tidak lagi menanggung derita. Mungkin karena lupa akan janji, sekarang selalu
susah menjalankan hidup.
Dalam kutipan diatas terlihat kalau Made Loka sadar
akan hutangnya, dan wajib untuk membayarnya. Dan Made Loka yakin akan hukuman
yang dideritanya sebab selama hutang itu belum dibayar. Latar yang selanjutnya
kembali latar waktu, seperti berikut:
Gamelan jogede mamunyi renyah
nyibakang peteng.
Terjemahan
:
Suara gong/gamelan joged nyaring
menggetarkan malam
Dalam kutipan ini terlihat bahwa malam itu ada suara
gong atau gamelan bersuara nyaring mengiringi tarian.Latar sosial yang terakhir
yaitu menceritakantentang kehidupan sosial dan istiadat. Seperti berikut :
Nanging mekelo-kelo jogede tusing
katingalin dueg ngigel, nanging dueg katejang-katejing dogen. Dueg nyincingan kemben lantas bani
ngemaluinin nyelegang pangibine. Anake luh-luh ne mebalih lantas masuryak lek
ningalin igelan jogede keto. Lantas saka besik megedi maid panakne ane nu
cerik-cerik. Jogede ngansan panes ngigel sada bani ngelesang panganggo
pangibinge.
Terjemahan
:
Namun lama-kelamaan joged/penari
tidak terlihat pintar menari tapi hanya pintar egal-egol saja. Pintar menaikkan
kamben sampai berani mendahului penari pria. Penonton yang wanita bersorak
karena malu melihat tarian yang makin konyol itu. Kemudian satu persatu pergi
membawa anaknya yang masik kecil. Tarian joged semakin memanas sampai berani
melepas pakaian penari pria.
Dalam kutipan
diatas para penari memabawa istiadatnya sendiri sebagai penari joged yang
mencirikan joged asli Buleleng, namun jika dibawa kemasyarakat itu menunjukkan
tarian yang kuarang sopan, dan tidak bermoral.
2.6
TEMA
Menurut arti katanya tema berarti
sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Kata ini
berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti menempatkan atau
meletakkan. Dalam kehidupan sehari-hari kata tema sering dikacaukan pula
pemakaiannyadengan istilahtopik. Kata
topik juga berasal dari kata Yunani topoi yang berarti tempat.
Aristoteles, yang dianggap sebagai salah seorang tokoh retorika jaman klasik,
menegaskan bahwa untuk membuktikan sesuatu mula-mula harus ditentukan dan
dibatasi. Topoi tempat berlangsungnya suatu peristiwa. Dalam batas-batas yang
telah ditentukan tadi, penulis harusmenemukan: manusia, interaksi, dan
fakta-fakta lainnya yang menimbulkan atau bersangkutandengan peristiwa baru.
Pengertian tema, secara khusus dalam karang-mengarang, dapat dilihat dari dua
sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari sudut proses
penyusunan sebuah karangan. Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah
selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui
karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seorang membaca
sebuah roman, atau karangan lainnya. Selesai membaca karangan tersebut, akan
meresaplah ke dalam pikiran pembaca suatu sari atau makna dari seluruh karangan
itu. Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan
yang agak berlainan, walaupun nantinya apa yang akan dirumuskan itu pada
hakekatnya sama saja. Dalam kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis
harus memilih suatu topik atau pokok pembicaraan. Diatas pokok pembicaraan
itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin disampaikan dengan landasan topik
tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema atau pada waktu
menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling dasar
perlu diketahui yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai
melalui topik tadi. Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi
sebagai: suatu rumusandari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan
tujuan yang akan dicapai melalui topiktadi. Panjang tema tergantung dari
beberapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perinciandari tujuan utama,
dan kemampuan penulis untuk memperinci dan mengemukakan ilustrasi-ilustrasi
yang jelas dan terarah. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat
disamakan yang terdiri dari subyek dan predikat. Semua bagian kalimat lainnya
dapat berfungsi untuk memperjelas gagasan-gagasan utama tadi. Begitu pula,
kedudukan tema secara lebih konkritdapat kita lihat dalam hubungan antara
kalimat topik dan alenia. Kalimat topik merupakan temadari alenia itu.
Sedangkan kalimat-kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat
topik atau tema alinea tersebut.
Pengertian tema menurut pendapat para ahli.
·
Menurut Moeliena (1990:921)
Tema adalah pokok pikiran, dasar
cerita (dipercakapkan) yang dipakai sebagai dasar mengarang dan mengubah sajak.
·
Menurut
Stanton (1965:4)
Tema
merupakan ide sentral atau pokok dalam karya
·
Menurut
Holmon (1981:443)
Tema merupakan gagasan sentral yang
mencakup permasalahan dalam cerita, yaitu suatu yang akan diungkapkan untuk
memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra. Dari beberapa pengertian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa tema adalah suatu pokok pikiran yang paling utama
yang dibangun untuk membentuk ide pokok, guna menunjukkan setiap karakter yang
terliban serta memberikan arah tujuan agar si pembaca dapat memahami isi dari
karya sastra yang dibuatnya.
Dari apa yang sudah dilihat diatas,
dapat kita ambil tema dari cerita pendek yang berjudul Mayah Sangi ini adalah “janji harus dibayar”. Kenapa harus
memilih tema tersebut karena daria awal dan sering menyinggung tentang sangi
atau janji yang diucapkan kepada orang tidak terlihat atau orang maya, maupun
orang nyata atau manusia. Jika semua janji yang sudah kita keluarkan tidak kita
bayar maka kita akan menderita tanpa kita sadari.
2.7
AMANAT
Pengertian amanat
menurut para ahli :
Menurut sudjiman (1988: 5) merupakan gagasan yang
mendasari karya sastra. Pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembacaatau penikmatsastra. Dalam karya sastra modern amanat ini biasanya
tersirat tetapi dalam karya lama biasanya tersurat.
Kridalaksana mengatakan, amanat merupakan
keseluruhan makna/isi suatu wacana, konsep dan perasaan yang hendak disampaikan
pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar.
Menurut
Esten, yang disebut dengan amanat adalah jika tema yang menjadi persoalan ini
berarti sesuatu itu belum selesai dalam sebuah karya sastra. Dan jika
permasalahan yang diajukan dan berisi jala keluarnya itulah yang disebut
amanat. Lebih lanjut Sukada mengatakan bahwa amanat merupakan bagian integral
(keseluruhan) dari dialog dan tindakan tokoh cerita. Amana selalu menyentuh
hati nurani pembaca agar menghindari atau menolaknya.
Setelah
membaca pengertian diatas kita dapat mencari amanat-amanat apa saja yang muncul
dalam cerita Mayah Sangi. Disana dilukiskan agar kita selalu berhati-hati dalam
mengambil keputusan agar akhirnya tidak fatal. Jangan terlalu memaksakan
kehendak kita selama kita belum mampu melaksanakannya. Seperti yang tampak
berikut ini :
Beh adeng-adeng malu de, eda jeg
setata tuutine kenehe. Made nagih ngandong bulan adane ento. Dong pineh-pinehin
malu, made nyidayang sukses buke kene nak boya ja sangkaning kaduegan madene
dogen, nanging ingetang mase mayah sangin madene. Kaden pidan made maan mesangi
yaning nuju lulus tes CPNS, ento patutne malu bayah, gumi dadi dorinan meli.
Terjemahana
:
Beh pelan-pelan dulu de, jangan
terlalu menuruti keinginan. Made mau menggendong bulan namanya itu. Coba
dipikir-pikir dulu, made bisa sukses seperti ini bukan dari kepintaran made
saja, tapi ingat juga membayar sangi /janjinya made.dulu made pernah berjanji
jika bisa lulus dalam tes CPNS, itulah yang seharusnya dibayar terlebih dahulu,
tanah bisa dibeli belakangan.
Dari kutipan diatas jelas bahwa seorang ibu member
amanat kepada anaknya agar bisa mengontrol kemauannya karena dilihat anaknya
belum mampu untuk melaksanakan semua itu. Dalam kehidupan kita sehari-hari
pasti saja pernah memiliki yang namanya hutang piutang, maka dari itu kita
harus mengingatnya dan membayar semua hutang tersebut.
Adapun amanat yang kita tujukan kepada anak kecil
yang dibawah umur setelah kita membaca kutipan dibawah ini :
Nanging mekelo-kelo jogede tusing
katingalin dueg ngigel, nanging dueg katejang-katejing dogen. Dueg nyincingan kemben lantas bani
ngemaluinin nyelegang pangibine. Anake luh-luh ne mebalih lantas masuryak lek
ningalin igelan jogede keto. Lantas saka besik megedi maid panakne ane nu
cerik-cerik. Jogede ngansan panes ngigel sada bani ngelesang panganggo
pangibinge.
Terjemahan
:
Namun lama-kelamaan joged/penari
tidak terlihat pintar menari tapi hanya pintar egal-egol saja. Pintar menaikkan
kamben sampai berani mendahului penari pria. Penonton yang wanita bersorak
karena malu melihat tarian yang makin konyol itu. Kemudian satu persatu pergi
membawa anaknya yang masik kecil. Tarian joged semakin memanas sampai berani
melepas pakaian penari pria.
Dalam kutipan ini jelas, bahwa anak yang dibawah
umur dilarang menonton adegan tarian yang tidak bermoral itu, sebab dapat
merusak mental anak tersebut, dan bisa ikut terpengaruh dengan semua itu.
Demikianlah amanat yang dapat disampaikan, melalui cerita tersebut.
BAB
III
ANALISIS
SOSIOLOGI CERPEN MAYAH SANGI
Aspek-aspek
yang akan diuraikan dalam analisis sosiologi ini merupakan suatu tinjauan yang
sangat penting dalam penetapan kerangka penilaian pemikiran sosiologi sastra.
Yang mana aspek tersebut merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari social
masyarakat, yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Karena pengarangnya
merupakan masyarakat yang senantiasa melakukan interaksi dengan masyarakat
lainnya.
Berdasarkan
apa yang sudah kita paparkan, maka kita dapat ambil aspek-aspek apa saja yang
terdapat didalamnya.
3.1 Aspek
Agama
Aspek
agama merupakan aspek utama dalam kehidupan manusia, yang mana aspek ini mampu
memberikan kebenaran kepada manusia mengenai sesuatu yang tidak dapat
dijabarkan oleh panca indra dan nalar manusia yang nantinya dapat memberikan
keyakinan tentang sesuatu tersebut. Kata agama bersal dari kata a dan gam, a
yang artinya tidak, dang am artinya pergi, jadi a + gam artinya tidak pergi.
Kemudian mendapat akhiran a sehingga menjadi agama yang artinya
kedatangan.agama merupakan kepercayaan akan kuasa atas segala yang ada disebut
Tuhan. Agamah adalah kepercayaan hidup pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan
oleh Sang Hyang Widhi yang kekal abadi. Agama hindu merupakan agama yang
dipeluk sebagian besar oleh penduduk bali. Khususnya di Bali agama Hindu
berkembang sangat pesat dan dengan budaya orang Bali sehingga menghasilkan
bentu Hindu di Bali yang tetap menjadikan Weda sebagai kitab sucinya.
Keyakinan pertama dalam
agama hindu keyakinan Made Loka terhadap Ida, karena Made Loka mempunyai hutang
yang belum dibayar dari keyakinannya itu
muncul ketika dia terus menerus terkenan musibah. Dan yang paling terlihat
aspek keagamaannya yaitu dari segi nama, bahwa Made Loka dan ibunya aslinya agama
Hindu dan merupakan asli penduduk Bali. Seperti kutipan dibawah ini :
Ngalih joged me. Anggo mayah sangi.
Jani mara tiang maselselan tusing rungu teken tutur meme apang inget mayah
sesangi. Jani tiang lakar mayah munyine ane simalu lakar ngupah joged telung
barung yening lulus tes PNS. Apang tusing buin nandang kasengsaran. Minabang
ulian tiang lali mayah sangi, tiang mangkin setata tengi nyalanang hidup.
Terjemahan
:
Mencari joged bu, untuk bayar
sangi/janji. Sekarang saya menyesal sudah tidah mendengarkan nasehat ibu
mengingatkan membayar sangi/janji. Sekarang saya akan membayar perkataan saya
yang dulu akan menyewa joged telung barung jika lulus dalam tes PNS. Supaya
tidak lagi menanggung derita. Mungkin karena lupa akan janji, sekarang selalu
susah menjalankan hidup.
Disini diterangkan bahwa Made Loka ingat
dengan adanya hukum karma phala yang membutanya menderita, karena belum
membayar hutang janji tersebut, dari sanalah muncul kesadaran bahwa Tuhan
selalu ada.
3.2 Etika
(susila)
Dari apa yang sudah kit
abaca disini terdapat aspek Etika (susila).
Diman Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethis yang berarti
kesusilaanlebih tepatnya to ethos yang berarti kebiasaan, adat istiadat,
kesusilaan. Etika merupakan pengetahuan tentang kesusilaan, kesusilaan
berbentuk kaidah-kaidah yang berisi suatu larangan-larangan untuk berbuat
sesuatu. Dengan demikian ada beberapa dalam cerita tersebut yang termasuk dalam
aspek etika. Seperti berikut ini :
“tiang dadi guru buka kene jani
boya ja ulian sesangi me, nagging ulian kaduegan tiange nyawab soal-soal tese
mimbuh nasibe ja mula lung. Dadine tiang tusing perlu tuyuh mayah sangi.
Luungan anggo mayah cicilan motore di dealer” (Made Loka)
Terjemahan:
“Saya bisa jadi guru seperti ini
bukan karena janji itu bu, tapi karna kepintaran saya menjawab soal-soal tesnya
dan juga memang nasib saya yang bagus. Jadinya saya tidak perlu payah untuk
mwmbayar janji itu. Lebih baik untuk
membayar cicilan motor di dealer”
Dari kutipan diatas
terpapar bahwa Made Loka yang egois menjawab perkataan ibunya, itu menunjukkan
kalau Made Loka memiliki etika yang kurang baik saat berbicara kepada orang
yang lebih tua, seharusnya dia menghargai apa maksud ibunya.
BAB
IV
SIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan apa yang sudah diuraikan
didepan, dapat disimpulkan bahwa cerpen Mayah Sangi merupakan suatu cerita yang
berisi suatu aspek moral yang kurang baik di masyarakat. Karena sesangi atai
janji yang ia katakana dan akhirnya dipertontonkan hanya merusak moral bagi anak-anak
dibawah umur. Jika dilihat dari tinjauan strukturnya, memiliki struktur yang
lengkap, berisi insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat.
Insiden
salah satunya yang tercantumdalam cerita Mayah Sangi ini kurang baik karena
Made loka yang menentang nasehat dari ibunya, yang akhirnya dia menderita
akibat tidak menuruti nasehat orang tua.
Bentuk
alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur campuran, karena disetiap
kisah ada yang menceritakan kisah atau keadaan yang terdahulu.
Tokoh
dana penokohan yaitu Made Loka sebagai Tokoh Utama dalam cerita, Me Jepun
sebagai Tokoh sekunder, dan tokoh kpmplementernya adalah masyarakat
sekitarnya, kepala sekolah, para remaja, para penabuh, penari joged.
Latar
yang terdapat dalam cerita Mayah Sangi ini latar waktu yang menyebutkan keadaan
atau waktu yang terdahulu, latar sosial, latar tempat menyebutkan tempat dimana
Made Loka ditugaskan.
Amanat
yang terdapat dalam cerita ini yaitu Made Loka yang di nasehati oleh Ibunya
agar bisa menahan semua keinginan yang bisa ditunda untuk sementara, dan
amanat/ pesan untuk anak-anak kecil untuk tidak menonton adegan joged yang
kurang baik tersebut.
4.2 Saran
Analisis terhadap cerpen Mayah Sangi
ini merupakan sebuah analisis yang masih jauh dari sempurna. Diharapkan ada
analisis yang lebih sempurna dari analisis ini. Semoga apa yang terkandung
dalam analisis ini dapat bermanfaat untuk pembaca umum.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliana mandasari,I Ketut.2007.Nonel Gitaning Nusa Alit Analisis Sosilogi
Sastra.Denpasar. Fakultras Sastra Universitas Udayana
Antara,
IGP.2011.Prosa fiksi bali.Yayasan Gita
Wandawa.Singaraja
Madé Loka jani
suba dadi PNS. Suud dadi pengangguran kangin kauh. Mirib luung tulis gidatné,
nasibné setata mujung, ia maan galah ngecapin dadi pegawé negri. Ia jani suba
maangkat dadi guru di Karawista. Aget masé ia tusing nganggo pipis apésér
péngék anggoné nombok pangedéné. Ia nak mula jlema dueg sangkana bisa lulus
tés. Nyidayang nyalip palamaré ané jumlahné siuan.
Mantek ngajahin
murid SMP aluhina ngajak I Loka. Ngajahin tuah tengah wai, salanturné
glindang-glindeng malali. Né penting koné, nyidayang ngaé muridé bisa ngitung
satu tambah satu sama dengan dua tur bisa mamaca “Ini Budi” ngajak “Ini Bapak
Budi” jeg kanggo suba.
Sekat dadi
pegawé, bikas idupné I Loka maganti. Tusing buin kéweh ngalih pis. Yén suba
teka tanggal ngudané jeg masemu girang wiréh lakar liu nampi gaji. Ento mawinan
I Loka jani nyidayang ngrédit sempéda montor baru, meli HP ané misi kaméra,
sada meli panganggo ané anyar-anyar. Buina jani suba ada sertifikasi guru sinah
buin pidan I Loka lakar bareng ngamiluin apang idupné nyumingkin makmur wiréh
ngaliunan nampi gaji. Ento masé ngranang bajang-bajangé makejang dot magegélan
buina yén nyak makurenan ngajak Madé Loka. Nanging Madé Loka suba tangar kén
bajang-bajangé jani liunan matré. Ningalin anak uli kasugihanné dogén.
“Béh…, yéh…
kéné idupé sawai-wai, beneh suba anaké ngorahang sing ada luungan kén dadi
pegawé negri. Dadi guru. Magaé aluh, nanging asilné kaliwat gemuh. Yén seken
nyak cara munyin pamerintahé lakar nincapang kesejahteraan para guruné, icang
ngelah rencana lakar meli tanah. Nebusin gumi kaja kangin banjaré ané makélo
suba gadéanga ngajak bapan icangé. Pang mani puan di subanné pensiun ada anggon
tongos maseliahan kangin kauh di tengah tegalé. Cocok asanne!” Madé Loka
ngomong padidiana.
“Ngudiang
semengan kéné suba ngamikmik Dé, cara anak buduh tingalin mémé. Apa ané
karaosang?” Mé Jepun maekin pianakné, Madé Loka, ané negak di ampik umahné.
“Tiang boya ja
buduh Mé, tiang nu makeneh né. Kéné Mé…, yén nyak gajin tiangé terus ngedénang,
tiang ngelah rencana lakar nebusin gumin bapané ané kaja kangin banjaré. Uli
pidan dot ngelah gumi padidi, med sub nyakapin gumin pisaga. Pang ada masé
bekelang di tuané.”
“Béh
adéng-adéng malu Dé, eda jeg setata tuutina kenehé. Madé nagih ngandong bulan
adanné ento. Dong pineh-pinehin malu, Madé nyidayang suksés buka kéné nak boya
ja sangkaning kaduegan Madéné dogén, nanging ingetang masé mayah sangin Madéné.
Kadén pidan Madé maan masangi yaning nuju lulus tés CPNS, ento patutné malu
bayah, gumi dadi dorinan meli,” Mé Jepun nuturin Madé Loka.
“Tiang dadi
guru buka jani boya ja ulian sasangi Mé, nanging ulian kaduegan tiangé nyawab
soal-soal tésé mimbuh nasibé ja mula luung. Dadinné tiang tusing tuyuh mayah
sasangi. Luungan anggo mayah cicilan montoré di déaler.”
“Ngudiang jadig
kéto pasaut Madéné? Mémé mantek ngingetang yaning Madé enu ngelah utang adanné
tekén Sanghyang Suung, patut bayah manut munyin Madéné i pidan. Raos Madéné
suba kadung ulung sing nyidayang buin duduk. Patut isinin amun kén janjin Madé
simalu.”
Madé Loka
ngadebas bangun tusing ngresepang munyin méménné. Ia lantas macelep ka kamarné,
nyemak SK pengangkatan. Mirib jengah banga munyi tekén méménné, Madé Loka
magedi ka kota ngojog bank. Ditu lantas Madé Loka nyilih pis liu lakar anggona
meli gumi atanding. Nyak suba misi amun kén ané kenehanga, Madé Loka jani
ngelah gumi padidi.
Lacur. Telung
tiban Madé Loka ngarap gumi, tusing taén mupu. Pamulan-mulanné makejang
ngresgesang. Apa ané pulana tusing taén masuang asil, setata mati. Taén mula
jagung, telah amah uled. Taén mula séla, onya rejeng tumisi. Taén namem ubi,
telah rusuhina tekén jéro ketuté. Ulian ento, tegalné Madé Loka jani galang
ngluntang tusing misi entik-entikan.
Sadina-dina
Madé Loka tuah mapengenan. Ngenehang undukné ané tepukina buka kéné. Ané sanget
kenehanga utangné nyumingkin numpuk. Sekat ento Madé Loka kapah-kapah masuk.
Taén opaka tekén kepala sekolahné wiréh Madé Loka arang ngajahin murid-muridé.
Madé Loka jani dadi reraosan di sekolah lan di banjaranné. Ulian kenehné nagih
naku pasih, ngandong bulan. Madé Loka mara ngeh tekén apa ané taén oranga
ngajak méménné.
“Uli dija busan
Dé? Adi peteng kéné Madé mara teka?” Mé Jepun matakon ngajak pianakné.
“Uli Buléléng,
Mé.”
“Nak ngudiang
luas ka Dén Bukit?”
“Ngalih jogéd
Mé. Anggo mayah sangi. Jani mara tiang maselselan tusing rungu tekén tutur mémé
apang inget mayah sasangi. Jani tiang lakar mayah munyiné ané simalu lakar
ngupah jogéd telung barung yaning lulus tés PNS. Apang tusing buin nandang
kasengsaran. Minabang ulian tiang lali mayah sangi, tiang mangkin setata tengi
nyalanin idup,” kéto Madé Loka masaut.
“Apa Dé? Sangin
Madéné ngupah jogéd telung barung? Aidupan mémé tumbén ningeh ada jogéd telung
barung. Dong ambat ya liun jogédé,” Mé Jepun kitak-kituk, ngon ningehang
sasanginé Madé Loka.
Madé Loka lakar
ngupah jogéd telung barung suba maorta midehan. Anaké masé angob mirengang ada
jogéd telung barung. Tumbén jani ada sasangi tawah buka kéto di désanné. Tukang
ibingé suba pada genit limanné tusing sabar lakar ngigelin jogédé. Buina jogéd
ené gratis tusing tuyuh meli kupon, nanging nganggo sistem tepekan. Nyén aget
maan tepekan kepet jogédé ento lakar maan gilihan ngibing.
Gambelan jogédé
mamunyi renyah nyibakang peteng. Munyin gambelanné macihna pesan nyiriang
tetabuhan jogéd Buléléng. Umahné Madé Loka ramia pesan. Cerik kelih tua bajang
teka mabalih maekin wantilan jogédé. Duga madongsok-dongsokan, mapetpet,
maseksek di sisin kalangané apang nawang ané kénkén madan jogéd telung barung.
Uli tengah rangkiné saget pesu jogéd jegég ngontél. Pangadegné langsir lanjar,
pipinné sujénan mimbuh gingsul. Ditu lantas ané muani-muani masuryak girang.
Makoplok saling suitin.
Nanging
makelo-kelo jogédé tusing katingalin dueg ngigel, nanging dueg
katejang-katejing dogén. Dueg nyingcingang kamben lantas bani ngamalunin
nyelegang pangibingé. Anaké luh-luh né mabalih lantas masuryak lek ningalin
igelan jogédé kéto. Lantas saka besik magedi maid panakné ané nu cerik-cerik.
Jogédé ngansan panes ngigel sada bani ngelésang panganggo pangibingé.
“Sujatinné cai
masangi jogéd apa, Dé?” Mé Jepun nakonin Madé Loka.
“Ampura Mé, tiang nyangiang jogéd
buang!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar